Kamis, 21 Juli 2016

Mengapa guru harus memahami perkembangan peserta didik ?



1.      Mengapa guru harus memahami perkembangan peserta didik ?
Jawaban :
sikap yang harus dimiliki dan dilakukan guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi atau tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan
  mereka.
 Beberapa dasar pertimbangan perlunya ” memahami peserta didik ” sebagai berikut :
·         Dasar pertimbangan psikologis: bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik.
·         Dasar pertimbangan sosiologi: bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.

2.      Jelaskan aspek perkembangan yang dipahami guru !
Jawaban :
A.    Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Salah satu tokoh yang penting yang mengkaji dan meneliti perkembangan kognitif anak adalah Jean Piaget. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
B.     Aspek Perkembangan Fisik
Secara umum, fisik berarti bentuk. Jadi perkembangan fisik adalah perkembangan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang membentuk sistem saraf yang paling lengkap. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis, masing-masing komponen biologi telah mampu berfungsi secara mandiri.
Pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari fisik peserta didik. Setiap bagian fisik seseorang atau individu akan terus mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehingga masing-masing komponen tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya.
 Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-sehari. Secara langsung pertumbuhan fisik seorang anak akan menentukan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik akan mempengaruhi bagaimana ia memandang dirinya sendiri dan bagamana ia memandang orang lain.
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain faktor nutrisi  yangtelah terasa pengaruhnya sejak bayi belum lahir dan sesudah lahir, faktor perawatanyang menyangkut perawatan fisik maupun psikis seperti kasih sayang atau cinta kasih.
C.      Aspek Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan Psikomotorik dalam kamus besar bahasa Indonesia psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik yang berkaitan dengan proses mental. Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot. Perkembangan motorik meliputi dua tahapan yaitu motorik kasar dan motorik halus. Kemampuan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan.
D.    Aspek Perkembangan Afektif
Perkembangan afektif  mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Emosi adalah setiap keadaan pada diri seseorang dan berhubungan dengan kondisi afektifnya dengan tingkatan yang lemah maupun yang kuat. Keadaan afektif yang dimaksud adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu, seperti rasa senang, bahagia, benci, kangen, terkejut, tidak puas, tidak senang dan sebagainya. Keadaan emosi pada setiap anak berbeda, kadang ada anak yang dapat mengontrol sehingga emosinya tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda fisiknya.
E.     Aspek Perkembangan Sosial
Syamsu Yusuf menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak anak memasuki usia 6 bulan. Disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah,tidak senang, terkejut, dan kasih sayang.
F.    Aspek Paedogogis.
Di dalam aspek ini dijelaskan bahwa makhluk itu memerlukan pendidikan, atau bisa disebut animal educandum. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal yang berarti binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan ke arah yang diciptakan.
G.    Aspek Tauhid.
Menurut aspek ini manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous(makhluk yang percaya adanya tuhan) atau dapat juga dikatakan sebagai homoriligius(makhluk yang beragama).

3.      Bagaimana kita melihat peserta didik kita  yang memiliki kepribadian yang bagus dan alat apa yang digunakannya ?
Jawaban :
1)      Pembiasaan
Pembiasaan ialah latihan-latihan tentang sesuatu supaya menjadi biasa. Pembiasaan hendaknya ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, sebab pada masa itu merupakan masa yang paling peka bagi pembentukan kebiasaan. Pembiasaan yang ditanamkan kepada anak-anak, itu harus disesuaikan dengan perkembangan jiwanya.
Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak kecil, merupakan upaya dalam rangka pembentukan kepribadian yang baik. Hal ini, sebagaimana dikemukakan oleh M. Athiyah al-Abrasy (1990:105-107) bahwa para filosof Islam merasakan betapa pentingnya periode kanak-kanak dalam pendidikan budi pekerti, dan membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecilnya. Mereka ini semua berpendapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari kecilnya harus mendapat perhatian penuh.
Kebiasaan Baik dapat membentuk kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa
Ibnu Qoyyim Al-Jauzi, sebagaimana dikutip oleh M. Athiyah al-Abrasy (1990:107) mengemukakan, bahwa pembentukan yang utama ialah waktu kecil, maka apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu (yang kurang baik) dan kemudian telah menjadi kebiasaannya, maka akan sukarlah meluruskannya. Tujuan utama dari kebiasaan ini, adalah penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh siterdidik yang terimplikasi mendalam bagi pembentukan selanjutnya.

2)       Pembentukan minat dan sikap
Dalam taraf kedua ini, pembentukan lebih dititikberatkan pada perkembangan akal (pikiran, minat, dan sikap atau pendirian.). Menurut Ahmad D. Marimba (1989:88) bahwa pembentukan pada taraf ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
a.       Formil
Pembentukan secara formil, dilaksanakan dengan latihan secara berpikir, penanaman minat yang kuat, dan sikap (pendirian) yang tepat. Tujuan dari pembentukan formil ini adalah:
1)      Terbentuknya cara-cara berpikir yang baik, dapat menggunakan metode berpikir yang tepat, serta mengambil kesimpulan yang logis.
2)      Terbentuknya minat yang kuat, yang sejajar dengan terbentuknya pengertian. Minat merupakan kecenderungan jiwa ke arah sesuatu karena sesuatu itu mempunyai arti bukan karena terpaksa.
3)      Terbentuknya sikap (pendirian) yang tepat. Sikap terbentuk bersama-sama dengan minat. Sikap yang tepat, ialah bagaimana seharusnya seseorang itu bersikap terhadap agamanya, nilai-nilai yang ada di dalamnya, terhadap nilai-nilai kesulitan, dan terhadap orang lain yang berpendapat lain.
b.       Materil
c.       Pembentukan materil sebenarnya telah dimulai sejak masa kanak-kanak, jadi sejak pembentukan taraf pertama, namun barulah pada taraf kedua ini (masa intelek dan masa sosial). Anak-anak yang telah cukup besar dan mampu menepis mana yang berguna dan mana yang tidak, harusnya dilatih berpikir kritis.
d.      Intensil
Pembentukan intensil yaitu pengarahan, pemberian arah, dan tujuan yang jelas bagi pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Untuk membentuk ke arah mana kepribadian itu akan dibawa, maka di samping pemberian pengetahuan juga tentang nilai-nilai. Jadi, bukan hanya merupakan pemberian perlengkapan, tetapi juga pemberian tujuan ke arah mana perlengkapan itu akan dibawa. Pada segi lain, pembentukan intensil ini lebih progresif lagi, yaitu nilai-nilai yang mengarahkan sudah harus dilaksanakan dalam kehidupan. Mungkin masih dengan pengawasan orang tua, tetapi lebih baik lagi jika atas keinsyafan sendiri.
3)       Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada taraf ini, pembentukan dititikberatkan pada aspek kerohanian untuk mencapai kedewasaan rohaniah, yaitu dapat memilih, memutuskan, dan berbuat atas dasar kesadaran sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab, kecenderungan ke arah berdiri sendiri yang diusahakan pada taraf yang lalu, misalnya peralihan dari disiplin luar ke arah disiplin sendiri, dari menerima teladan ke arah mencari teladan, pada taraf ini diintensifkan.

4)      Pada usia remaja sering terjadi masalah ,kenpa semua itu terjadi ?
Jawaban :
Proses perkembangan perilaku dan pribadi individu dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi laju proses pekembangan tersebut. Perkembangan masa remaja bergantung atas variasi salah satu atau beberapa ketiga faktor tersebut. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik, misalnya perkembangan ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional dapat membuat ekses psikologis, perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan gejala-gejala emosional, dan matangnya organ-organ reproduksi.
·         Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif, misalnya terjadi ketidakselarasan antara keinginan atau minat seseorang dengan bakat khusus, sering membawa kesulitan dalam memilih program, sehingga banyak kegagalan studi yang mungkin bersumber pada pilihan yang kurang tepat.
·         Masalah yang timbul bertalian dengan pekembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan, misalnya keterikatan hidup dengan gang yang tidak terbimbing mudah menimbulkan kenakalan remaja, konflik dengan orang tua, dan melakukan perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat dan agama.
·         Masalah yang timbul bertalian dengan perilaku afektif, konatif dan kepribadian, misalnya mudah digerakan untuk melampiaskan ketegangan instutif emosionalnya meskipun ia tidak tahu maksudnya, ketidakmampuan menegakan kata hatinya membawa akibat sukar terintegrasi dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya.

5)      Upaya yang harus dilakukan oleh guru secara prefentif !
Jawaban :
·         Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain: psikologi perkembangan, bimbingan dan penyuluhan, serta ilmu mengajar (didaktik-metodik).
·         Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
·         Mengintensifkan bagian Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.

1 komentar: